Minggu, 13 Maret 2022

Bab37 My Crazy Boss - Novel Romantis

 

Bab37 My Crazy Boss - Novel Romantis

 

EGO !


Marlyna pergi meninggalkannya kerumunan dengan perasaan kesal, kedua lelaki tampan tidak berguna itu selalu saja membuatnya kesal. Terutama Andra!
 

"Menyebalkan! kenapa mereka diam sepeti itu tadi? apalagi Andra. Kemana kata-kata manis yang selalu dia ucapkan? astaga Marlyna sadarlah! mereka itu hanya pembual besar dan suka sekali mempermainkan perasaanmu!" 

Grepp 

"Ikut denganku!" 

Sebuah tangan kekar tiba-tiba menarik gadis ini keluar, ternyata itu adalah Andra. Dia datang entah kapan dan dari mana, namun yang pasti lelaki ini ingin meluruskan kesalahpahaman yang terjadi diantara keduanya. 

"Andra sakit!" 

Lelaki itu tidak menggubris rintihan gadis yang sedang diseretnya, dia tetap fokus pada tujuan saat ini. Membawa Marlyna pergi dari ketiga orang yang mungkin akan mengganggu waktu kebersamaan mereka. Andra tidak suka keramaian, dia bahkan lebih nyaman jika berdua saja dengan Marlyna. 

"Andra kau kasar sekali, lepaskan tanganku!" bentak Marlyna kesal ketika lengan mungilnya terus diseret sang Boss bagaikan sebuah karung sampah. 

"Diam, aku ingin bicara sebentar denganmu." jawab Andra 

Lelaki itu celingukan kesana-kemari, mencari tempat yang mungkin bisa dia datangi. Sampai sebuah taman kecil dibelakang gedung itu mengantarnya kesana. Mereka duduk disebuah bangku kusam dengan beberapa orang yang tengah asik pacaran disekitarnya. 

Marlyna diam seribu bahasa dengan wajahnya yang kusut, dia menatap kosong ke arah depan sembari mengucek-ngucek tangannya sendiri. Melihat itu Andra langsung mencolek pipi mulusnya dengan senyum manis yang tidak pernah dia lakukan seperti biasanya. Namun gadis itu masih diam, entah mengapa dia kesal tanpa sebab. 

"Hey gadis cerewet kenapa diam begitu? kau membuatku merasa canggung. Katakan apa yang membuatmu sampai marah seperti itu? apa karena sikapku tadi?" tanya Andra penasaran. 

Marlyna menatap dengan ekspresi yang menyebalkan. "Tidak ada, aku hanya sedang sakit perut jadi diam dan jangan menggangguku!" ucap gadis itu. 

Sekarang Andra mulai memasang wajah yang serius, ekspresi dingin yang selalu dia tunjukan pada setiap orang kecuali gadis ini. Dia paham jika Marlyna pasti marah karena Andra tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkannya di depan dua temannya itu. Tapi mau bagaimana lagi? gengsinya terlalu besar. Dia tidak pernah mengatakan hal-hal manis pada seorang gadis! apalagi untuk seorang Marlyna. 

"Kau menganggap hubungan ini serius?" tanya Andra dengan alis yang mengangkat sempurna ke atas. 

"Tidak!" jawab gadis itu cepat. 

"Oh baiklah kalau begitu, aku juga menganggapnya begitu." jawab Andra dusta. 

Wajah gadis itu semakin murung, dia sangat kesal marah dan ingin sekali mengamuk. Namun Marlyna harus bisa menahan dalam-dalam emosinya demi sebuah gengsi. Cukup membuat gregetan ketika dua orang yang sangat keras kepala ini terlibat dalam sebuah perasaan yang sama, mereka bahkan tidak bisa mengungkap apa yang dirasakan hatinya masing-masing. 

Andra dengan sikap ego dan acuh tak acuhnya dalam menghadapi perempuan, sementara Marlyna yang terlalu munafik dengan perasaan yang terus menggebu di dalam hatinya. Lelaki yang sebenarnya lebih bisa tulus dan mengerti gadis ini dia abaikan demi seorang lelaki arogan, mesum dan sangat menyebalkan. 

Hati memang tidak bisa ditebak, terkadang dia selalu memilih orang yang salah demi sebuah kenyamanan. Dan itu jelas terjadi pada gadis ini. 

"Kau itu menyebalkan, sombong, kasar, mesum dan satu lagi tidak peka!" ucap Marlyna dengan bibir yang terus maju seperti keong. 

Andra tersenyum bangga. "Tapi semua itu cukup membuat para wanita berlarian ke arahku termasuk kau juga Marlyna, hahaha!" 

"Siapa yang berlarian ke arahmu? heh mohon maaf tuan Andra yang budiman. Aku tidak pernah mengejarmu sedikit pun, tapi kau dan adikmu sendiri yang mengejarku!" tegas Marlyna. 

"Aku? wah yang benar saja. Dengar selama ini aku hanya penasaran pada tubuhmu saja, selebihnya tidak ada peras--" 

Belum sempat menyelesaikan perkataannya, Andra terdiam dengan tatapan Marlyna yang dingin itu. Dia harusnya tidak mengatakan hal yang sekiranya akan menyakiti hati seorang gadis yang tidak berdosa itu. Tapi karena kebiasaannya dengan mulut yang tajam, Andra tidak bisa mengontrol sebuah ucapan. 

Kesalahpahaman pun semakin menjadi diantara keduanya, ketika Marlyna dengan jelas menyimpulkan jika Andra hanya memanfaatkan perasaan polosnya untuk sebuah kesenangan semata. Dia juga masih tidak mengerti kenapa Jino ikut-ikutan dalam permainan ini, Marlyna pikir sang adik pun mungkin sama berniat mempermainkan perasaanya saja. 

"Maaf, aku tidak bermaksud berkata seperti itu." ucap Andra. 

Marlyna tersenyum kecil dengan tubuh yang gemetar. "Sudahlah, sekarang aku mengerti kenapa kau bertindak berlebihan seperti tadi. Aku ini murahan, jadi kau tidak perlu membayar ku sangat mahal untuk hal seperti itu." ucap gadis itu. 

"Apa? hey kau salah paham. Aku hanya bercanda dengan ucapanku Marr!" jelas Andra. 

"Terimakasih untuk weekend yang cukup menyenangkan ini, kau sudah mengganggu waktu tidurku dan juga melibatkan hatiku dalam masalah hidupmu sendiri An-- ehh tidak maksudku Boss. Aku permisi, semoga harimu menyenangkan." 

Marlyna benar-benar pergi sekarang, dia meninggalkan Andra di taman itu sendirian. Rasa menyesal memenuhi hati lelaki tampan ini, kenapa dia tidak bisa mengungkapkan apa yang dia rasakan? atau setidaknya Andra bisa menjaga ucapannya sedikit. 

"Ak--u... aku... aku menyukaimu!" teriak Andra. 

Marlyna sudah pergi sekarang, jadi percuma saja Andra mengatakannya. Gadis malang itu mungkin tengah sangat kecewa saat ini, terjebak dengan perasaannya sendiri. 

"Astaga, kenapa kau payah sekali Andra. Harusnya tinggal katakan saja 'AKU MENYUKAIMU' !" gumam lelaki itu kesal. 

*** 

Tanpa sepengetahuan Andra dan Marlyna, ketiga orang itu memperhatikan mereka dari jauh. Jino tidak bisa berbuat banyak saat ini, dia hanya bisa menunggu sampai gadis itu ada didalam jangkauannya. 

"Jino, kau yakin Andra tidak akan macam-macam dengan sahabatku itu?!" tanya Firda khawatir. 

"Semoga saja tidak." jawab Jino. 

Marlyna berjalan menghampiri ketiga orang yang sudah menunggunya. Dia tersenyum penuh kepalsuan, terlihat seperti orang bodoh yang baik-baik saja. Padahal sebenarnya hati itu terasa begitu sakit. 

"Mar dimana Andra? kenapa kalian tidak pergi bersama?!" tanya Chandra. 

Marlyna hanya menggelengkan kepalanya, Firda pun memberikan kode pada kekasihnya itu agar tidak membahas Andra. "Ah..? bagainana kalau kita pergi ke tempat karaoke? setuju?!" tanya Firda. 

"Heh ini masih siang! kau ingin menggila tengah hari begini ?!" tanya Marlyna dengan mata yang membulat. 

Jino merangkul pundak gadis cebol itu, memberikannya sebuah dorongan agar tidak larut dalam hati yang sedang sedih itu. "Ayolah Nona! kita berangkat sekarang. Aku akan panggil orang rumah agar mengantarkan mobilku yang lain bagaimana? kita bersenang-senang hari ini !" ajak Jino. 

"Tidak, aku ingin pulang saja." jawab Marlyna dengan wajah lunglainya. 

Plakkk ! 

Satu pukulan keras mendarat di pantat bulat itu.. "Kau ini payah sekali, ayo kita berangkat sekarang! Jino yang traktir hahaha!" teriak Firda penuh semangat.

Penutup Bab37 My Crazy Boss - Novel Romantis

Bab37 telah usai , bagaimana ceritanya ? saya percaya kamu menyukainya dan tidak sabar dengan lanjutan bab selanjutnya.

Disclaimer, ingat membaca website novel ini hanya selingan dan hoby membaca, masih tetap prioritaskan pekerjaan penting dan tentu saja melaksanakan ibadah.

Sekarang silahkan kita lanjut dengan bab selanjutnya dengan click navigasi di bawah

 

Bab36 My Crazy Boss - Novel Romantis

 

Bab36 My Crazy Boss - Novel Romantis

 Apa yang kalian inginkan dariku?!


Setelah cukup lama berdebat, akhirnya kelima orang itu memutuskan untuk naik bis umum saja. Firda duduk bersama Marlyna, sementara ketiga lelaki itu duduk bersamaan di belakang. Penumpang yang naik cukup padat, dan karena tidak ada waktu untuk menunggu lagi akhirnya mereka terpaksa memakai kendaraan yang ada. 

Udara segar melewati celah-celah jendela bis, Marlyna melamun dengan segala pikiran yang menumpuk dikepalanya. Dia teringat akan kejadian beberapa tahun lalu, ketika dirinya sering bolos sekolah karena datang terlambat. Dan masa-masa itu cukup terkenang dengan jelas dihatinya. Sejak kecil dia selalu mendapat didikan keras dari kedua orang tuanya, Marlyna merasa begitu terkekang, dia bagaikan burung yang terkurung dalam sangkar kecil tanpa bisa keluar atau bahkan bergerak. Bahkan untuk berkencan atau bahkan keluar saja dari rumah rasanya sulit sekali, dia hanya bisa mengekspresikan dirinya sendiri ketika disekolah. Menjadi seorang gadis nakal yang sangat populer dan mungkin bisa dikatakan. Dibenci banyak orang. 

"Hey, apa yang kau pikirkan Marlyna?!" tanya Firda sembari menepuk bahu sahabatnya itu. 

Marlyna tersenyum kecil. "Apa kau masih ingat? kita dulu sering bolos sekolah dulu, menaiki bis yang penuh ini sampai akhirnya sampai ke tempat karaoke yang sering kita kunjungi." ucap Marlyna. 

"Tentu saja, itu adalah masa-masa yang sangat indah dan penuh dengan kekonyolan. Memangnya ada apa? kau teringat akan sesuatu?" tanya Firda. 

"Tidak, aku hanya merasa tidak pantas untuk diperebutkan oleh dua lelaki itu. Apalagi dengan wajah, sikap dan perilaku diriku sangat yang buruk. Coba kau pikir apa yang mereka sukai dari gadis sepertiku?" tanya gadis itu dengan wajah penuh kesedihan. 

"Hey! kenapa kau berkata seperti itu? kau itu cantik, ramah dan juga sangat pengertian. Mungkin mereka suka dengan sikapmu yang seperti itu, heh kadal mesir! dengarkan aku! jangan pernah merendahkan dirimu sendiri okay?! setiap orang punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing, jadi jangan pikirkan hal yang aneh!" ucap Firda. 

"Iya aku tahu, tapi rasanya aneh saja. Jika dahulu aku sangat dibenci karena sikap dan keburukan ku. Kenapa lelaki seperti mereka malah menyukai gadis yang suka sekali mengumpat sepertiku jika bukan hanya ingin yang aneh saja!" ucap Marlyna. 

Firda menepuk bahu sahabatnya itu, dia benar-benar paham dengan apa yang dirasakan Marlyna saat ini. Perubahan hidup dan situasi yang sangat signifikan bagi gadis ini mungkin membuatnya belum terbiasa. Tapi apa pun itu, orang yang jujur dengan perasaan mereka tidak akan pernah memandang baik atau pun buruk sikapnya. Dia bahkan akan menerima dengan lapang dada apa yang dimilikinya. 

"Sudahlah jangan pikirkan itu! nimati saja dengan apa yang kau rasakan sekarang!" tegas Firda. 

"Iya itu benar tap--" 

"Cukup jangan bicara lagi ! percayalah padaku, salah satu dari mereka akan menunjukan sikap yang tulus jika benar-benar menyukaimu. Jika bukan Andra pasti Jino, iya itu pasti asalkan jangan Chanda karena pisangnya itu adalah milikku!" gurau Firda. 

Marlyna memukul paha sahabatnya, sedikit senyuman terlihat dari wajah gadis yang tengah dilanda resah, gelisah dan galau ini. Candaan kecil itu memang tidak terlalu lucu, tapi setidaknya bisa membuat Marlyna tersenyum. 

Cekittttt 

Bis itu berhenti di tempat tujuan yang ingin Firda dan Marlyna datangi, sebuah pusat perbelanjaan beserta resto dan tempat terkenal lainnya siap menyambut kelima orang ini. Andra dan Jino langsung buru-buru menggenggam erat satu dari lengan gadis ini kemudian menariknya masuk. 

Sebagai seorang sahabat Firda hanya bisa tersenyum manis, akhirnya dari semua cobaan hidup yang Marlyna lewati selama ini bisa sampai di tahap yang sangat membahagiakan. 

"Sayang kau tahu? aku senang sekali melihat sahabatku itu pergi dengan laki-laki." ucap Firda pada Chandra. 

"Memangnya kenapa?" tanya Chandra. 

"Heh kau tahu? ibunya sangat ketat dan kejam! dia tidak memperbolehkan Marlyna kencan atau bahkan keluar untuk main bersamaku. Tapi sekarang lihatlah?! dua lelaki sekaligus hahaha!" 

"Benar-benar double love hahaha!" 

*** 

Karena lebih mengenal fashion daripada sang kakak, Jino membawa Marlyna ke tempat yang mungkin akan menyenangkan hati gadis ini. Dia menunjukan beberapa produk mewah serta baju buatan designer terkenal. Namun Andra langsung kembali menarik lengan Marlyna untuk pergi bersamanya. 

Dia membawa gadis itu ke tempat pakaian kerja kantoran, memilih kemeja dengan stelan rok yang seksi. Jino hanya bisa melongo melihat kelakuan kakaknya itu, tidak di kantor atau pun dirumah. Otaknya masih terus saja memikirkan hal-hal mesum! 

"Ayo cepat pilih yang kau suka! atau perlu aku membeli semuanya?" tanya Andra dengan wajah sombongnya. 

"Ah tidak-tidak! aku tidak mau memakai pakaian seksi seperti itu." 

Marlyna berlari meninggalkan kedua lelaki tampan ini, menghampiri sahabatnya yang sedang asik memilih baju diskonan. 

"Dia benar-benar murahan." gumam Andra. 

"Cocok sekali jika aku nikahi." gumam Jino. 

Marlyna, dia memang berbeda dari semua wanita yang pernah Andra dan Jino temui. Sikap dan penampilan yang terkesan apa adanya, membuat kedua lelaki ini semakin tertarik. Dimana lagi ada wanita yang barbar dan ceplas-ceplos seperti dia? mungkin sulit sekali untuk ditemui. 

Setelah selesai berbelanja, mereka berlima mampir untuk makan siang. Semua menu Andra pesan, bahkan Jino ikut membayar untuk menyewa seluruh resto itu. Firda dan Marlyna hanya bisa terdiam dengan sikap berlebihan yang dilakukan kedua lelaki itu, apalagi Chandra! dia merasa berubah menjadi upil sekarang ini. Berada diantara para pegawai kantor yang sukses membuatnya minder. 

"Katakan! kenapa kalian menyukaiku?!" tanya Marlyna lantang. 

Andra dan Jino langsung tersedak ketika tengah asik makan, mereka bingung! kenapa Marlyna tiba-tiba menanyakan hal seperti itu?! 

"Wah kau ini benar-benar Mar, jangan tanya mereka sekarang!" ucap Firda. 

Marlyna tidak mendengarkan ucapan sahabatnya itu, dia masih terus menatap tajam ke arah Andra dan Jino secara bergantian. Mencari tahu asal muasal perkataan 'menarik' yang selalu saja mereka ucapkan ketika tengah bersama. Gadis ini tidak ingin terus dibuat bingung dengan perilaku mereka berdua, apa itu cinta? atau hanya sekedar nafsu belaka. 

"Kenapa kalian diam? baiklah sedikit aku jelaskan. Aku ini bukanlah gadis cantik atau bahkan wanita yang mengerti tentang fashion, sifat ku juga sangat buruk. Aku tidak bisa pura-pura anggun di depan kalian berdua, keluargaku miskin dan tidak punya harta yang banyak seperti keluarga kalian! jadi apa untungnya memperebutkan gadis payah sepertiku?!" 

Andra dan Jino masih terdiam membisu menatap mata Marlyna yang melotot tajam ke arah mereka. Sebenarnya bukan tidak ingin menjawab tetapi rasa gengsi kedua lelaki tampan ini sangat besar, mereka tidak bisa mengungkapkan semua perasaan itu di depan orang lain. 

"Marlyna, mungkin mereka terlalu canggung untuk menjawab." ucap Firda sembari mengusap lengan sahabatnya. 

"Tidak, aku sudah tahu jawaban mereka. Sepertinya lebih baik aku pergi saja. Dan oh untuk kalian berdua! lebih baik jangan pernah mempermainkan perasaan seorang wanita, terutama kau Andra! permisi." 

"Astaga, mar mau kemana?!" 

Penutup Bab36 My Crazy Boss - Novel Romantis

Bab36 telah usai , bagaimana ceritanya ? saya percaya kamu menyukainya dan tidak sabar dengan lanjutan bab selanjutnya.

Disclaimer, ingat membaca website novel ini hanya selingan dan hoby membaca, masih tetap prioritaskan pekerjaan penting dan tentu saja melaksanakan ibadah.

Sekarang silahkan kita lanjut dengan bab selanjutnya dengan click navigasi di bawah